AKARTA - Mantan Presiden Amerika George W Bush berusaha membersihkan namanya dan menuding wakilnya sebagai orang atau kelompok yang bertanggung jawab terhadap invasi ke Irak. Tapi, sejumlah pihak, jauh sebelum itu, sudah membuktikan sebaliknya.
Dalam memoar berjudul Decision Points yang terbit baru-baru ini Presiden Bush seperti berusaha cuci tangan sambil melemparkan "kotoran" ke muka koleganya sendiri, mantan Wakil Presiden Dick Cheney dan kelompok neo-konservatif.
"Tak ada yang lebih terkejut dan marah ketimbang saya, ketika kami tidak menemukan senjata semacam itu. Saya merasa muak bila memikirkannya dan perasaan itu masih ada hingga saat ini," tulis Bush dalam buku tersebut.
Tapi fakta-fakta sebaliknya mengenai Bush dan kelompok neo-konservatif yang mendukungnya bertebaran. Sebuah buku, menyebut salah satu contoh, berjudul Blackwater yang ditulis wartawan investigasi Amerika Jeremy Schahill justru mengungkapkan sebaliknya.
Jeremy menulis, September 2000, kelompok neo-konservatif membuat satu makalah yang diberi judul Membangun Kembali Pertahanan Amerika: Strategi, Kekuatan, dan Sumber Daya Bagi Abad Baru.
Laporan ini mengatakan dengan tegas: proses transformasi, bahkan jika membawa perubahan revolusioner, mungkin akan memakan waktu lama jika tak ada bencana atau kejadian besar yang berfungsi sebagai pemicu, seperti serangan atas Pearl Harbor baru.
Satu tahun lewat satu bulan setelah laporan itu keluar, Gedung WTC di New York diserang teroris. Pearl Harbor yang ditunggu-tunggu oleh makalah itu terjadi dan menjadi katalisator Amerika menyerang Irak dan sebelumnya Afganistan.
Apakah kejadian itu kebetulan? Atau apakah para penulis makalah itu seorang "nabi" yang nubuatnya terbukti? Mungkin ini terlihat seperti teori konspirasi yang buruk, tapi apa yang disarankan dalam laporan itu dan kejadian di Gedung Kembar terlalu mudah untuk terjadi di negara yang intelejennya super-canggih.
Siapakah anggota neo-konservatif penulis laporan itu? Ini dia: Dick Cheney, Paul Wolfowits, Douglas Feith, Stephen Cambone, dan banyak lagi. Sebagian besar anggota kelompok neokonservatif ini lalu masuk ke departemen Pertahanan yang menjadi arsitek pelaksana dari invasi ke Afganistan dan Irak.
Yang tak kalah berpengaruhnya, meskipun tak masuk ke dalam administrasi Bush adalah Erik Prince, pemilik Blackwater, perusahaan swasta yang memasok tentara bayaran di Irak.
Prince adalah neo-konservatif tulen dari keluarga sayak kanan Kristen radikal pendiri perusahaan multilevel marketing, Amway. Prince menganggap, seperti ditulis Jeremy Scahill, perang di Irak sebagai Perang Salib. Frase ini pula yang digunakan oleh Bush saat awal invasi ke Irak yang kemudian diralatnya setelah memicu kontroversi di seluruh dunia, namun sudah terlanjur dipercaya oleh dunia Islam.
Lalu melihat fakta-fakta yang disodorkan Scahill dalam bukunya Blackwater, apakah kita percaya akan pernyataan Bush bahwa dia sama sekali terkejut mengetahui tidak ada senjata pemusnah massal yang dimilik Irak dan Wakilnya Cheney adalah, "orang yang tak memiliki hati, seperti Darth Vader dalam pemerintahan saya."
Darth Vader adalah tokoh antagonis dalam film Star Wars. Tokoh ini diasosiasikan sebagai penjahat atau setan. Frase setan diucapkan oleh Bush saat menunjuk Irak, Iran, Korea Utara sebagai Poros Kejahatan (Axes of Evils).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar