Gema berkekuatan 8,9 skala richter yang diikuti tsunami dasyat di Jepang membuat trauma tersendiri bagi warga Kecamatan Pameungpeuk dan Cikeulet, Kabupaten Garut.
Hal tersebut menyusul terjadinya tsunami beberapa tahun lalu yang memporakporandakan bangunan rumah di wilayah tersebut. Karena itu mereka siaga menghadapi terjadinya tsunami.
Sekitar 300 warga nelayan di Pantai Santolo yang sedang melakukan syukuran atau Hajat Laut turut merasakan kekhawatiran atas informasi ancaman tsunami di bagian timur Indonesia pascatsunami Jepang.
Salah seorang nelayan, Karsono mengatakan, saat ini belum bisa melaut karena dalam sepekan ini terjadi cuaca ekstrem. "Belum lagi kini tersiar kabar adanya ancaman tsunami di perairan Indonesia," kata Karsono kepada Aktual-info.tk ditemui di sela Hajat Laut, Jumat (11/3/2011).
Kecemasan itupun dirasakan seorang pedagang di Pantai Santolo, Rosa. "Abi janten gegebegan nguping berita tsunami di jepang. Komo abimah icalan di sisi laut. sok sieun datang tsunami ngadadak (Saya jadi khawatir mendengar berita tsunami di Jepang. Apalagi saya jualan di sisi pantai. Ditakutkan tsunami datang tiba-tiba)," ungkap Rosa.
Ketua RW 05 Desa Pamalayan, Kecamatan Cikeulet Asep Jajang mengatakan, sejauh pemantauannya, ada sebagian warga yang mulai dirundung kekhawatiran akan terjadinya tsunami. Namun ada pula yang biasa-biasa saja menanggapi berita tersebut. Sebagian masyarakat justru belum mengetahui kabar ancaman tsunami tersebut.
"Yang pasti, kami mengajak kepada seluruh warga pantai untuk tetap waspada. Perhatikan tanda-tanda yang mencurigakan," katanya.
Camat Pameungpeuk Jujun Juhana pun langsung merespons terjadinya tsunami di Jepang yang dikhawatirkan juga melanda Indonesia. Ia beserta aparat dinas setempat telah melakukan koordinasi guna menghadapi hal terburuk di wilayahnya.
Berdasarkan hasil pantauannya bersama dinas perikanan dan kelautan, tanda-tanda yang mengarah akan terjadinya tsunami di wilayahnya, tidak ada. "Sampai saat ini, wilayah Pameungpeuk dan sekitarnya boleh dikatakan aman", kata Jujun.[den]
Hal tersebut menyusul terjadinya tsunami beberapa tahun lalu yang memporakporandakan bangunan rumah di wilayah tersebut. Karena itu mereka siaga menghadapi terjadinya tsunami.
Sekitar 300 warga nelayan di Pantai Santolo yang sedang melakukan syukuran atau Hajat Laut turut merasakan kekhawatiran atas informasi ancaman tsunami di bagian timur Indonesia pascatsunami Jepang.
Salah seorang nelayan, Karsono mengatakan, saat ini belum bisa melaut karena dalam sepekan ini terjadi cuaca ekstrem. "Belum lagi kini tersiar kabar adanya ancaman tsunami di perairan Indonesia," kata Karsono kepada Aktual-info.tk ditemui di sela Hajat Laut, Jumat (11/3/2011).
Kecemasan itupun dirasakan seorang pedagang di Pantai Santolo, Rosa. "Abi janten gegebegan nguping berita tsunami di jepang. Komo abimah icalan di sisi laut. sok sieun datang tsunami ngadadak (Saya jadi khawatir mendengar berita tsunami di Jepang. Apalagi saya jualan di sisi pantai. Ditakutkan tsunami datang tiba-tiba)," ungkap Rosa.
Ketua RW 05 Desa Pamalayan, Kecamatan Cikeulet Asep Jajang mengatakan, sejauh pemantauannya, ada sebagian warga yang mulai dirundung kekhawatiran akan terjadinya tsunami. Namun ada pula yang biasa-biasa saja menanggapi berita tersebut. Sebagian masyarakat justru belum mengetahui kabar ancaman tsunami tersebut.
"Yang pasti, kami mengajak kepada seluruh warga pantai untuk tetap waspada. Perhatikan tanda-tanda yang mencurigakan," katanya.
Camat Pameungpeuk Jujun Juhana pun langsung merespons terjadinya tsunami di Jepang yang dikhawatirkan juga melanda Indonesia. Ia beserta aparat dinas setempat telah melakukan koordinasi guna menghadapi hal terburuk di wilayahnya.
Berdasarkan hasil pantauannya bersama dinas perikanan dan kelautan, tanda-tanda yang mengarah akan terjadinya tsunami di wilayahnya, tidak ada. "Sampai saat ini, wilayah Pameungpeuk dan sekitarnya boleh dikatakan aman", kata Jujun.[den]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar