Bank Indonesia (BI) mengungkapkan alasan-alasan mengapa selama ini merasa "berat" dan "ngotot" untuk tidak melepaskan fungsi pengawasannya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satunya adalah faktor 'adat', dimana bank sentral pada dasarnya mengawasi dan menjamin kestabilan sektor keuangan terutama moneter baik mikro maupun makro.
Demikian disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah ketika ditemui disela acara South East Asia Central Banks (Seacen)-Seminar yang bertemakan "Optimal Central Banking For Financial Stability, di Hotel Intercontinental, Jimbaran, Bali, Jumat (10/12/2010).
Halim mengatakan, diseluruh dunia kepentingan menjaga stabilitas keuangan mandatnya diberikan kepada bank sentral. Alasannya adalah karena pengawasan sektor finansial dekat dengan tugas menjaga stabilitas moneter.
"Bahwa yang namanya kepentingan menjaga financial stability, dimana-mana di dunia ini dimiliki oleh bank sentral. Diberikan mandatnya itu, dikendalikan oleh bank sentral. Tentu ada alasannya, pertama karena tugas mengawasi dan menjamin kestabilan sektor keuangan itu dekat dengan tugas menjaga kestabilan moneter," ujar Halim.
Selain itu, ketika terjadi gangguan di sektor keuangan pasti punya dampak langsung terhadap sektor moneter. Sehingga tugas bank sentral adalah memantau kondisi sektor tersebut termasuk ke bank.
"Dampak langsung itu dampaknya bukan hanya hari atau bulan, tapi detik per detik. Sehingga bank sentral yang memang tugasnya memantau sektor moneter secara detik per detik seharusnya bisa secara optimal, lebih optimal berkerja dan kalau juga bisa memantau kondisi sektor keuangan secara detik per detik juga," ungkap Halim.
Halim menyampaikan, tugas-tugas tersebut memang secara tradisional berada di dalam ruang lingkup bank sentral. Sehingga menurut Halim kemampuan pengawasan akan lebih optimal kalau berada di bawah bank sentral.
Dan setelah terjadinya krisis keuangan global, lanjut Halim, jelas sekali bahwa seorang pengawas bank itu juga harus tahu mengenai moneter dan makro.
"Oleh sebab itu tidak bisa memisahkan pengawas secara total dari yang namanya aspek makro. Pengawas tidak bisa lagi hanya memiliki keahlian sebagai seorang yang menjamin tidak ada pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagai layaknya seorang auditor. Tapi pengawas harus juga memiliki kemampuan sebagai analis makro," paparnya.
Ditempat yang sama, Deputi Gubernur Bank Sentral Filipina Nestor A Espenilla menjelaskan pengawasan di sektor perbankan itu amatlah rumit dan kompleks.
"Bank sentral itu tugasnya memang harus memahami bukan hanya sisi moneter tapi sisi makro dan mikro dari sebuah bank. Pengawasan perbankan itu rumit dan kompleks," ujar dia.
Oleh karena itu, Nestor mengatakan pejabat bank sentral harus memahami betul seluk beluk pengawasan secara khusus. Ia juga mengungkapkan untuk dapat terus melaksanakan tugas menjaga stabilitas sektor keuangan itu, bank sentral sebaiknya melakukan pendekatan yang sifatnya dialogis dengan pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar